Kamis, 30 Juli 2015

Ocean is calling, Pantai Krakal

Hello visitors, salam weekend, udah punya planning ke mana buat weekend besok? Nih aku mau share tentang salah satu pantai yang mungkin bisa jadi inspirasi kalian semua. Pantai yang terletak di daerah Gunung Kidul ini termasuk dalam 5 pantai yang wajib dikunjungi apabila ke Pulau Jawa, nama pantai tersebut adalah Pantai Krakal. Sebenarnya banyak sekali pantai indah di Gunung Kidul yang bisa jadi pilihan liburan, namun salah satu pantai favorit saya adalah Pantai Krakal. Pantai Krakal sendiri mempunyai beberapa spot surfing tersembunyi yang menantang, karena memang ombaknya lumayan besar di sana. Garis Pantai Krakal yang landai dan bertabur dengan pasir putih serta memiliki hempasan ombak yang jernih ditambah tebing karang yang menghiasi sekitarnya, disempurnakan dengan langit biru yang cerah berawan putih membuat Pantai Krakal bak lukisan alam karya Sang Maha Pencipta yang sangat luar biasa indah.
Di Pantai ini terdapat ikan kepe-kepe atau butterflyfish dengan bergaris-garis biru tua dan biru muda, ikan damselfish berwarna kuning dengan aksennya berwarna biru di punggung, serta terdapat sekelompok ikan kecil yang berwarna biru terang sedang berenang di antara bebatuan. Sayang sekali waktu saya mencoba menangkap ikan di sana (halah kayak nelayan aja) maksudnya menangkap ikan dengan bantuan ember dan jaring kecil atau kadang-kadang pakai tangan kosong, tidak satupun ikan yang didapatkan. Justru anak-anak kecil malah dapet ikan di sana, mungkin ikannya suka sama anak kecil kali ya haha.
Selain surfing atau bermain air di sekitar pantai, kita juga bisa berjalan-jalan di sepanjang pantai yang pasir putihnya sangat indah itu. Tapi jangan lupa pakai alas kaki ya karena batu karang di sekitar bibir pantai banyak sekali, aku khawatir kalau kalian ntar kenapa-napa (eh). Terlihat beberapa penduduk sekitar yang sedang asyik berenang di laut dangkal untuk mencari umbal, umbal adalah hewan laut kecil yang hidup di bebatuan, biasanya diolah menjadi rempeyek, rasanya gurih.

Duh pokoknya indah dan eksotik banget pantai krakal ini, ombaknya juga cocok buat kalian yang mau surfing. Tempatnya agak tersembunyi, harus berjalan dulu, bisa tanya-tanya sama penduduk sekitar di mana tempat yang cocok untuk surfing tersebut, karena tidak seperti di Bali, surfing bukanlah olahraga yang populer di Jogja. Nah silahkan buat yang penasaran besok weekend bisa langsung berkunjung ke sana, tenang saja akses jalannya sangat mudah ko bisa ditempuh dengan mobil atau motor. Jangan lupa persiapkan semuanya dengan baik agar tidak terjadi habatan dan jangan lupa berdoa sebelum berangkat.

Have a nice weekend!

Rabu, 29 Juli 2015

Kuda-Kudaan Plastik, Teman Bermain Anak

Salam,
Agak gak nyambung mungkin ya dengan tema blog ini yang membahas tentang traveling, tapi gakpapa deh karena siapa tau bermanfaat juga. Berkisah tentang liburannya Melinda (Maheza Nurcahyo) ke daerah Banyumasan, di sana dia mempunyai anak angkat yang masih balita dan sangat lucu sekali. Yang membuat saya tertarik adalah mainan berupa kuda-kudaan plastik yang mungkin bagi beberapa orangtua yang memiliki balita masa kini adalah biasa saja. Ya maklumlah bloggernya kan belum punya anak jadi gak tau perkembangan mainan anak jaman sekarang ya kaaan.

Jaman dahulu kala (halah), maksudnya jaman saya masih kecil (saya tinggal di desa, tegalan sih lebih tepatnya) belum ada mainan seperti ini, atau mungkin yang menyerupai seperti ini sebelumnya. Kalau ingin main kuda-kudaan ya ayah saya yang jadi kudanya kemudian saya dan adik saya naik ke punggung ayah saya kemudian ayah saya akan berlari-lari layaknya kuda yang sedang dipacu keliling ruangan. Jadi kalau ada mainan seperti ini saya jadi teringat ayah saya yang merelakan punggungnya untuk dinaikki anak-anaknya dalam arti sebenarnya, tidak hanya sebagai tulang punggung saja.

Begitulah rupa kuda-kudaan imut yang saya temukan, walaupun mungkin kuda ini gak bisa keliling ruangan (gak mungkin jalan sendiri kan ya) namun setidaknya bisa dinaiki dan menggantikan punggung ayah yang sedang bekerja sehingga tidak bisa menemani anaknya bermain. Selain mainan ini belum ada hal lain yang menarik yang saya temukan, karena ternyata anak-anak jaman sekarang selain jago bermain juga jago selfi dan utak-utik gadget. Ini yang kadang mebuat saya khawatir, ditakutkan anak-anak generasi penerus kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar namun malah banyak memusatkan perhatian pada gadget mereka.

Banyak permainan anak-anak kuno yang sarat akan makna filosofis, lagu-lagu yang maknanya sangat dalam namun dibawakan dengan ceria dan jenaka seperti yang diajarkan Sunan Kalijaga, sudah jarang sekali anak-anak kecil jaman sekarang yang tau. Padahal seharusnya kita lestarikan bukan? Pengalaman menonton salah satu show di Singapore, Song of the Sea, percakapan mereka dalam bahasa Inggris, namun salah satu lagu yang dinyanyikan adalah Anak Kambing Saya, bukankah itu lagu daerah kita? Mari kita renungkan bersama, selain mengikuti perkembangan jaman, kita harus ajarkan juga nilai-nilai moral untuk mencintai dan melestarikan budaya kita.

Selasa, 28 Juli 2015

Prosesi Pernikahan Adat Jawa, Midodareni


Selamat siang visitors lama tidak berjumpa, mohon maaf beberapa minggu ini vakum karena sibuk libur lebaran haha. Nah untuk pembahasan kita pada sesi kali ini adalah tentang pelajaran yang bisa kita ambil pada saat traveling, salah satunya adalah kebudayaan atau adat istiadat kearifan lokal. Berhubung setelah lebaran biasanya banyak sekali yang mantu, kita bahas tentang prosesi pernikahan ya. Pernikahan adat memang sangat menarik untuk disaksikan, apalagi bila yang ngunduh mantu itu adalah Raja, biasa kita sebut Royal Wedding dan menyedot perhatian publik dari berbagai kalangan bahkan turis mancanegara.

Tapi untuk kali ini saya tidak membahas tentang pernikahan Royal Wedding, yang akan saya bahas adalah tentang prosesi pernikahan adat yang sakral dan sarat dengan unsur seni yang filosofis. Berhubung saya orang Jogja jadi saya akan membahas tentang prosesi pernikahan adat Jogja, diantaranya adalah: nontoni, upacara lamaran, upacara tarub, nyantri, siraman, midodareni, langkahan (apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum menikah), ijab, dan panggih.

Sayangnya sampai dengan tulisan ini diturunkan bloggernya (saya) sendiri juga belum menikah, jadi saya akan membahas sebisa saya ya. Berbekal ilmu kepemudaan di organisasi Permadi dusun Jaban Sinduharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta, saya sering sekali membantu tetangga yang mengadakan hajatan mantu (biasanya kami rewang dan nyinom). Dari kegiatan tersebut saya belajar tentang prosesi pernikahan adat Jawa, yang paling membuat saya tertarik adalah prosesi Midodareni.

Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari surga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur. Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang disimboliskan dengan:
  • Sepasang kembar mayang (dipasang di kamar pengantin)
  • Sepasang periuk yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup periuk tadi
  • Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur
  • Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi
  
Seperti ini suasana Midodareni (foto by: Maheza & Indra)
 
Sepertinya sekian dulu yang bisa saya tulis karena memang ilmu yang saya miliki baru sedikit dan belum berpengalaman. Esok kemudian hari apabila saya sudah Midodareni akan saya bagi lagi ilmu yang saya miliki. Tulisan kali ini saya dedikasikan untuk Mba Rheni Fitriani Rorah (teman sekamar saya selama 7 bulan) yang sebentar lagi akan menempuh hidup baru, semoga langgeng dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, Amin.

Kamis, 09 Juli 2015

Menikmati Durian Medan di Negeri Orang

Hai hai, gimana postingan jalan-jalan perdananya? Okay next kita ngomongin masalah makanan yuk ah, masih berada di Malaysia (mantan TKI sepertinya) kita ke Kampung Indonesia (karena masa itu saya sangat merindukan berbicara dalam bahasa Indonesia) yang bernama Chow Kit. Sejujurnya saya kalau berbelanja di daerah ini (nah kan ketahuan kalau TKI), baik itu keperluan sehari-hari, bahan makanan, dan barang-barang Indonesia yang tidak dijual di kedai runcit Malaysia bisa ditemukan di sini.

Kala itu saya berdua dengan teman saya yang bernama Panji, sama-sama dari Jogja, rencananya kita mau beli bahan makanan untuk persiapan lebaran karena kami berencana membuat pesta kecil-kecilan mengundang teman-teman baik itu penduduk Malay atau foreigner untuk mencicipi makanan khas Indonesia. Nah setelah kita selesei berbelanja beras, ayam, ketupat plastik (di sana kami tidak menemukan ketupat janur), bumbu pawon (eh), buah, dan segala rupa kue lebaran, kami berjalan-jalan sebentar di area buah durian yang kala itu memang sedang musim di sana.

Tak menyangka kami menemukan durian Medan, padahal kalau di Jogja saya pribadi jarang makan durian Medan karena memang harganya mahal. Lebih mengagetkan lagi karena durian tersebut sangat murah kalau dibandingkan beli di Indonesia yaitu 3 for 10 RM, artinya hanya dengan 10 RM kita bisa mendapatkan 3 buah durian.

Nah temen saya yang namanya Panji ini memang orangnya pinter nawar, dengan harga yang menurut saya sudah murah itu masih ditawar sama dia (walah Nji). Akhirnya kami mendapatkan 4 durian untuk 10 RM. Pada saat kami sedang menikmati durian (pada saat itu sudah buka puasa) kami bercakap-cakap dalam bahasa Jawa, eh ternyata yang jual orang Jawa juga, alhasil kami dapat gratis 1 durian lagi ( ya Salaaam). FYI, kami makan 3 durian di tempat, dan 2 durian kami bawa pulang ke kondo.

Sampai di kondo, sudah pucing pala belbi, durian tadi memang sangat berbeda dengan yang sering saya makan di Jogja. Jauuuh lebih enak, kandungan alkoholnya juga lebih banyak, lebih manis, lebih wangi, dan yang pasti lebih murah. Entahlah saya juga bingung kenapa durian Medan malah lebih murah di Malaysia daripada di Jogja ya haha. Sekian dulu ulasannya, oh iya bagi kalian yang ingin berkunjung ke Chow Kit, dari KL Sentral bisa naik monorail tinggal beli tiket di vending mechine.


Rabu, 08 Juli 2015

Batu Caves, KL, Malaysia

Yellow guys, finally i can touch my blog again. Haha baiklah berdasarkan saran dan kritik dari para penggemar, eh maksudnya teman, katanya mereka tidak paham dengan postingan sebelumnya karena full pakai English dan request untuk kedepannya pakai bahasa Indonesia atau bahasa Jawa aja (lah?). Baiklah saya turuti saja yang penting mereka bahagia.
Yuk sekarang kita ngomongin jalan-jalannya, pertama yang deket dulu aja ya mari kita ke negara tetangga serumpun kita Malaysia. Tepatnya sekitar 13 km sebelah utara Kuala Lumpur terdapat sebuah bukit kapur, yang memiliki serangkaian gua dan kuil gua, terletak di distrik Gombak, called Batu Caves.
Nama Batu Caves (Tamil: பத்து மலை) sendiri diambil dari nama Batu Sungai yang melewati bukit, dan merupakan nama desa di daerah tersebut. Gua ini adalah salah satu kuil Hindu di luar India yang paling populer, yang didedikasikan untuk Dewa Murugan. Saat ini Batu Caves dijadikan titik fokus Hindu festival Thaipusam di Malaysia. Pada saat saya berkunjung ke sana pun banyak turis dari India yang jauh-jauh ke Batu Caves untuk berdoa.
Sungguh sulit untuk menggambarkan bagaimana megahnya tempat ini, patung Murugan setinggi 42.7 m tertinggi di dunia, dewa Hindu, terletak gagah menyambut. Dibelakangnya berjajar 272 anak tangga yang dibuat di bukit menuju ke kuil untuk persembahyangan.
Sesampainya di atas kita akan disambut oleh kera-kera suci yang banyak berkeliaran di pohon besar di tengah-tengah kuil. Ya harus hati-hati kalau misal kita bawa barang bawaan agar gak disabet sama monyet yang notabene usil itu ya.
Pengalaman berkunjung di tempat ini adalah banyak belajar tentang peribadatan masyarakat Hindu India yang masih sangat alami dengan unsur kembali ke alam. Berbeda dengan kuil-kuil di little India di beberapa negara yang dibangun di pusat kota.
Cara termudah untuk mencapai Batu Caves adalah dengan kereta dari KL Sentral, tapi bukan LRT ya juga bukan komuter, jadi harus cari dulu counter yang jual tiket ke Batu Caves, belinya bukan di vending machine. Biayanya 2 RM untuk satu kali jalan.
Tips bagi kalian yang mau berkunjung ke tempat ini adalah, bawa air putih yang banyak karena kita akan banyak mengeluarkan keringat pada saat menaiki tangga tersebut.