Jumat, 20 November 2015

Agenda Tahunan FKY Yogyakarta

Yellow...!! Masih membahas tentang kebudayaan di kota Yogyakarta, kalau berbicara tentang kota kelahiranku ini, tidak akan lepas dari yang namanya kesenian. Nah di Jogja ada beberapa kesenian tahunan, mulai dari Kirab, Ngayogjazz, dan masih banyak lagi, yang paling banyak didatangi anak muda adalah FKY kepanjangan dari Festival Kesenian Yogyakarta. Berhubung aku juga anak muda kekinian (halah) jadi setiap tahunnya pasti aku wajib datang ke hajatan kota Yogyakarta yang satu ini. Bahkan dulu waktu aku masih duduk di bangku Sekolah Menegah Atas, kami dipulangkan lebih awal dan diwajibkan mengunjungi FKY kemudian keesokan harinya harus membuat laporan tentang kunjungan tersebut.

Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun FKY mulai banyak perubahan, lebih menarik setiap tahunnya. Tahun ini dengan mengusung tema Edan-edanan FKY dikemas dengan sangat menarik lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya dan mampu meningkatkan animo masyarakat lebih banyak lagi. Diawali dengan acara Pawai/Kirab Kesenian yang diadakan tanggal 19 Agustus 2015 lalu pukul 15.00 WIB di ruas Jl. Kaliurang. Dilanjutkan dengan upacara pembukaan FKY ke 27 di Taman Kuliner Condongcatur Depok Sleman pada pukul 17.00 WIB. Berbagai acara seperti Pasar Seni, Panggung Pasar Seni, Workshop Seni Kreatif dan Kerajinan Tangan, Lokakarya, Panggung Senyap, Pembacaan Prosa, Teater, Lomba Busana Koran, Pameran Para Perupa Muda, Bisokop, Diskusi Seni dan Budaya, Jogjakarta Video Mapping Project, dan Panggung Edan-edanan telah dijadwalkan memeriahkan FKY ke 27.

Selain tata acaranya dan pasar seni, yang menarik lagi adalah dekorasi panggung dan stand FKYnya sendiri. Selalu dibuat menarik memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan disulap menjadi aneka kerajinan bernilai seni yang apik menghias menambah keindahan perhelatan FKY. Tahun ini aku suka dengan dekorasi yang ada di sisi utara menampilkan beberapa topeng berjuntai. Stand-standnya juga tambah menarik karena dimeriahkan oleh seniman-seniman muda yang memamerkan dan menjual karya seni kontemporer mereka.


Mungkin agak terlambat ya aku nulis tentang FKY ini hehe maaf sibuk banget akunya (halah ngeles). Tapi harapanku semoga FKY tetap lestari dan bisa tetap diselenggarakan setiap tahunnya karena selain untuk ajang pameran dan karya seni kan bisa untuk menarik turis juga agar belajar tentang kebudayaan, seni, dan kuliner yang ada di Yogyakarta. Sukses terus buat FKY dan seniman-seniwati Yogyakarta, tetaplah berkarya melestarikan budaya dengan caranya masing-masing.

Salam


Minggu, 15 November 2015

Karnaval Jaban Kampung Kreatif

Hellow, start the weekday yeah its Monday. Masih ingin membicarakan tentang kampungku ya, kampung tempat aku dilahirkan dan dibesarkan yang terkadang harus aku tinggalkan karena tugas negara. Ada yang unik dalam perayaan Tujuh Belas Agustus tahun ini di kampungku, yaitu diadakannya Karnaval yang bahkan langsung diliput oleh reporter TVRI Yogyakarta. Seingat aku, semenjak aku lahir sampai segede ini, ini baru pertama kalinya kampungku mengadakan Karnaval. Biasanya hanya diadakan lomba untuk berbagai kategori, kemudian disusul dengan malam tirakatan dan pentas seni, sekaligus pembagian hadiah lomba dan pemutaran film dokumenter.

Disambut antusias oleh berbagai kalangan atas ide Karnaval ini, seluruh masyarakat berlomba-lomba mengenakan busana adiguna masterpiece mereka sesuai dengan tema-tema yang sudah diusung masing-masing kelompok. Dimulai dari busana Gedrug yang dibawakan oleh pemuda-pemuda kampung Jaban, kemudian aneka busana dari berbagai daerah yang diperankan oleh bapak-bapak, ada juga yang berpakaian dengan peran mereka dalam pentas seni Sronthol. Nah untuk ibu-ibu mayoritas mereka mengenakan pakaian kebaya kuno, berjarit, menggendong tenggok, dan mengenakan caping. Anak-anak kecil juga tidak mau ketinggalan, mereka mengenakan kostum tari, kostum jathilan, membawa serta gamelannya.

Nah buat yang pemuda nih, khususnya aku juga ya, kan masih muda haha, kami mengusung tema pelajar dan profesi. Sesuai dengan karakter dan peran kami dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai pelajar dan juga pekerja. Beberapa mengenakan pakaian seragam sekolah lama, ada yang dibela-belain pinjem juga, ada yang berbusana dokter, suster, guru, fotografer. Dan aku cukup bahagia dengan diriku sendiri menjadi seorang accounting, ya walaupun pada akhirnya setelah aku muter-muter di depan kaca malah kelihatan kayak sales obat sih wkwkwkw. Kesalahan aku pada waktu itu adalah, aku mengenakan sepatu high heels sehingga kaki lecet semuanya.

 
Setelah selesei Karnaval mengelilingi kampung-kampung disekitar Jaban, kami berkumpul kembali di Lapangan SD Dayuharjo untuk melaksanakan Upacara Penurunan Bendera yang dipimpin oleh Bapak Camat Ngaglik. Dalam pidato Beliau itulah akhirnya kampung kami diresmikan menjadi Jaban Kampung Kreatif, whoaaa tepuk tangan donk. Itu adalah awal mulanya, nah mulai saat itulah kami, para pemuda dan pemudi ditantang untuk selalu memberikan ide-ide kreatif untuk kemajuan Jaban. Sangat menyenangkan bukan tinggal di desa?

Kamis, 05 November 2015

Asiknya Budaya "Nyinom" di Kampungku

Yowww yowww yowww, mari sejenak aku perkenalkan pada budaya yang masih turun temurun dilaksanakan di kampungku. Budaya tentang indahnya gotong-royong membantu orang yang sedang punya "gawe" dengan istilah "mantu" atau menikahkan anak mereka. Bila diantara teman-teman sekalian ada yang pernah datang ke resepsi pernikahan di kampung, pasti ada pemuda-pemudi yang wira-wiri membawa makanan, minuman, menata kursi dan lain sebagainya, nah mereka itulah yang disebut sinoman, dan kegiatannya disebut nyinom.

Dulu aku pikir nyinom itu berasal dari bahasa Jawa, dari kata sinoman yang artinya pemuda atau muda, tapi ternyata eh ternyata eh ternyata berdasarkan salah satu sumber dari mbah google nyinom itu bersalah dari bahasa Perancis yang artinya melayani (what?). Jadi kegiatan nyinom adalah pemuda-pemudi organisasi kampung yang membantu pelaksanaan hajatan dengan cara melayani tamu undangan yang datang, berupa mengantarkan makanan, minuman, maupun mempersiapkan tempat, mulai dari persiapan, hari H, sampai bersih-bersih setelah hari H (mantap!). Tidak hanya itu saja terkadang ada beberapa yang ikut menemani prosesi acara boyongan juga.

Nah nyinom dimulai dengan acara rapat terlebih dahulu, di sana akan dibahas kapan jadwal nyinom tiap anggota, kapan jadwal mengambil perkakas yang diperlukan, akan dijelaskan job description (halah) yang harus dilakukan dan siapa saja yang ditunjuk melaksanakan tugas tersebut semua dibahas di rapat. Akan ditunjuk (biasanya pemuda) beberapa orang untuk mengantarkan undangan pernikahan, disebut ulem-ulem atau uleman. Untuk ulem-ulem sendiri ada tata caranya, harus sopan dalam menyampaikan undangan, berpakaian rapi, pastikan yang bersangkutan yang menerima undangan.

Sebelum hajatan dimulai pemuda dan pemudi yang sudah berseragam rapi berkumpul di dekat tempat penyimpanan makanan dan minuman (asekkk). Menata minuman di atas baki, memastikan makanan sudah ada dan siap untuk disajikan kepada tamu, memastikan persediaan untuk reload (halah) maksudnya mengisi kembali panci-panci di meja prasmanan apabila habis. Akan sangat mudah bila resepsi yang dilaksanakan tuan rumah adalah sistemn prasmanan, tapi kalau sistem piring terbang, whoaaa butuh tenaga ekstra kawan. Tapi semuanya sangat asik untuk dilaksanakan, aku sungguh menikmatinya, tapi mungkin akan sangat menikmati lagi kalau aku yang duduk di pelaminannya ya hahaha.

Salam



Senin, 02 November 2015

Memanjakan Mata di Pantai Ngrenehan

Yuhuuu selamat siang, di mana matahari menyinari dengan terang dan panasnya. Nah gak salah lagi nih kayaknya kalau kita bahas seputar wisata air ya mumpung cuaca yang masih kering kerontang belum hujan juga. Yewww mari kita menuju ke pesisir Gunung Kidul Yogyakarta yang sudah terkenal akan keindahan pantainya. Yup Buddies mari aku perkenalkan dengan pantai Ngrenehan, salah satu Pantai yang terdapat di kawasan Pantai Gunung Sewu. Yang keren dari pantai ini adalah kita bisa melihat aktivitas nelayan dan disepanjang bibir pantai terdapat perahu-perahu mereka, tidak seperti di pantai Gunung Kidul yang lain.

Berjarak sekitar 60 km dari kota Yogyakarta, atau sekitar 30 km dari kota Wonosari, akses untuk menuju pantai ini sangatlah mudah. Dari kota Wonosari kita tinggal mengikuti petunjuk arah menuju Pantai Baron, nah nanti kita akan menemukan petunjuk arah menuju Pantai Ngrenehan, Ngobaran, Nguyahan. Sayangnya memang kalau ingin langsung ke pantai ini harus menggunakan kendaraan pribadi, tapi jangan khawatir, gak mungkin nyasar ko karena jalan yang dilewati adalah jalan utama. Harga tiketnya sendiri (pada waktu aku ke sana) 10 ribu rupiah, bisa dibeli di TPR, jadi selain menuju pantai Ngrenehan kita juga bisa mengunjungi pantai-pantai yang lain yang ada di kawasan Gunung Sewu.

Secara administratif pantai ini beralamat di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Begitu sampai di sana jangan kaget ya, kalian bakal disambut oleh langit biru cerah, pasir putih, air laut turquoise beserta ombaknya, deretan batu karang nan artistik, dan berjajar di sepanjang pantai perahu nelayan, ocean is calling. Bikin kita gak sabar untuk segera nyemplung dan bermain-main air bersama sahabat, pasir di pantai ini sangat lembut, kalau ombaknya waktu aku datang tidak terlalu besar jadi cocok banget buat main air. Selesai mandi-mandi, lidah kalian juga bakal dimanjakan kuliner di sekitar pantai yang disediakan oleh penjual-penjual di sana, tapi bayar lho ya.

 
Nah apabila masih ingin melanjutkan perjalanan menuju pantai yang lain kalian bisa menuju ke Pantai Ngobaran atau Pantai Nguyahan yang lokasinya dekat dengan Pantai Ngrenehan ini, di mana setiap pantainya menawarkan keindahan dan cerita tersendiri. Jangan lupa beli oleh-oleh seafood buat keluarga yang di rumah karena ada pelelangan ikan di sana, fresh from the ocean. Gimana? Seru banget kan? Buat yang udah gak sabar pengen ke sana silahkan langsung gas motor atau mobilnya. Buat yang pengen mandi-mandi dan takut hitam aku sarankan jangan lupa pakai sunblock, yang waterproof ya haha